Sabtu, Februari 09, 2008

BBM BERSUBSIDI DIBATASI???

(oleh: Niko Satrio)

BBM bersibsidi (Premium dan Solar) akan dibatasi demi menghemat biaya subsidi sebesar Rp10Triliun. Wow, sebuah pemicu "sakit jantung" kembali bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, pemerintah kembali mengeluarkan pernyataan yang menurut saya sendiri adalah konyol.

Nantinya, dimulai sejak Mei 2008, secara bertahap mulai dari Jakarta yang diperkirakan memakan waktu 3 bulan, akan diterapkan pembatasan pembelian BBM bersubsidi. Rencananya, pada setiap kendaraan akan dipasang Smart card yang datanya diambil berdasarkan STNK masing-masing kendaraan, untuk menetukan kuota pembelian BBM pada setiap kendaraan. bahkan rencananya, kendaraan ber -CC besar, sangat dibatasi BBMnya.

Untuk pembelian BBM non-subsidi, pembelian dalam jumlah berapapun, tidak dibatasi.

Kalau dihitung-hitung, berapa banyak ya biaya pengadaan Smart card dan Card Readernya?? Berapa banyak juga biaya yang masuk "menguap"? Apakah sebanding dengan anggaran Rp10Triliun yang akan dihemat?


Siapa Yang Boros?
Secara hitungan kasar, saya menunjuk kendaraan yang bernama ANGKOT.

Seperti yang tertulis sebelumnya, kendaraan ber-CC besar sangat dibatasi. Nah, mari kita lihat, lebih banyak mana antara jumlah angkot yang rata-rata 1000cc, dibandingkan dengan jumlah Kijang Innova yang 2000cc? Bahkan, seringkali kendaraan bernama Angkot ini juga menyebabkan macet di beberapa ruas jalan raya yang ujung-ujungnya juga menyebabkan konsumsi BBM kendaraan kita lebih boros. Bahkan, apalagi di Bogor, yang dikeenal sebagai Kota Angkot, jumlah angkot jauh lebih besar daripada jumlah penumpang.


BBM non subsidi tidak dibatasi pembeliannya.
Ini sudah tepat, masalahnya, berapa banyak SPBU yang menyediakan Pertamax, pertamax Plus, atau Dex?

Dari jakarta ke Surabaya via jalur utara, tidak ada satu-pun SPBU yang menyediakan DEX. Sementara Pertamax, ada tapi jarang ada yang jual. Pertamax Plus apalagi.. hanya ada di kota besar. Di Semarang saja hanya ada 1 SPBU yang menyediakan Pertamax Plus, di SPBU Jalan Ahmad Yani.

Nantinya bila DEX tidak segera ada, bakal banyak kendaraan bermesin diesel berhenti di jalan dalam perjalanan Jakarta-Surabaya karena tidak bisa membeli Solar, sementara DEX tidak ada yang jual.

Saya sendiri sudah beberapa tahun ini telah menggunakan BBM non-subsidi (pertamax Plus) untuk sepeda motor saya. Saya sendiri sering bingung bila harus bepergian ke luar kota (kecuali ke Kudus) karena BBM non subsidi jarang ada yang jual.


Smart Card?
Terdengar canggih memang, namun, masyarakat yang Smart itu jauh lebih penting.

Nantinya, adakah penyelewengan Smart Card? atau jual beli Smart Card?


Rp10Triliun??
Hmm.. Kalau dikorupsi, 1% nya saja sudah Rp100Miliar... hahahaha...

Lebih baik, dipakai untuk penyediaan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Toh, nantinya bila masyarakat sudah makmur dan sejahtera, misal harga premium Rp20.000 per liter pun, saya yakin masyarakat tidak keberatan untuk membelinya. Kalau sekarang Rp 20.000 per liter, ya jelas banyak yang menjerit, lha wong masyarakat kita ini banyak yang belum makmur, belum sejahtera, apalagi pengangguran dimana-mana.



Energi Alternatif.
Sudah saatnya kita mulai mendukung pengadaan energi alternatif, tentu juga dengan harga yang reasonable dengan keadaan masyarakat saat ini, karena, minyak adalah sumber daya yang semakin menipis persediaannya. Di Indonesia, total pengunaan BBM saat ini sekitar 50Juta KiloLiter per hari.

2 komentar:

shandya mengatakan...

pertamaxxxxxxxxxxxxx !!!!

ga disubsidi, tapi ga dibatasi
tapi da ga pernah beli --"

Anonim mengatakan...

Dibatasi dong, kalo gak.....hmmm...nimbunnnnnn..... :)